Sejarah kami

FK Unsri berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi dan penelitian unggul di bidang bedah toraks, kardiak, dan vaskular.

BTKV FK Unsri

Sejarah kami

Sejarah BTKV FK Unsri

Penulisan sejarah bedah toraks kardiovaskuler di Indonesia ini berdasarkan keterangan beberapa narasumber yang adalah pelaku aktif pengembangan bidang bedah ini. Untuk kepentingan praktis, perjalanan sejarah ini dapat digolongkan dalam empat periode sebagai berikut : 

1.   Periode sebelum 1945

2.   Periode 1945 s/d 1965

3.   Periode 1966 s/d 1998

4.   Periode 1999 s/d sekarang

Periode ini diambil sesuai dengan peralihan kepemimpinan nasional Negara Republik Indonesia yang berdampak terjadi pasang surut perkembangan ekonomi yang secara langsung dan tidak langsung telah mempengaruhi perkembangan bedah toraks kardiovaskular di Indonesia.

Periode sebelum 1945

Prof.M.Soetojo adalah spesialis bedah pribumi yang merintis pembedahan toraks dengan melakukan pembedahan pada kasus empyema toraks melalui drainase. Pekerjaan tersebut dilaksanakan di Surabaya, di rumah sakit yang dikenal dengan nama CBZ ( kemudian menjadi terkenal dengan nama rumah sakit “Simpang”).

Periode 1945 s/d 1965

Perintis pembedahan jantung di Indonesia adalah alm. Prof.Margono Soekarjo ( Pendidikan Belanda ) dan alm. Prof. Ery Soedowo ( Pendidikan Lund,Swedia) yang memulai pembedahan toraks dan jantung di RSU ( Rumah Sakit Umum) Jakarta, RSU Surabaya dan RSAD ( Rumah Sakit Angkatan Darat ) Jakarta. Dalam periode ini telah dikerjakan operasi untuk memperbaiki stenosis mitral secara tertutup oleh Prof.Margono Soekarjo pada atahun 1948. Pada periode antara tahun 1950 s/d 1951 Prof. Margono Soekarjo telah melaporkan operasi stenosis mitral ini pada pertemuan ilmiah di Paris Perancis.

Pada tahun 1955 alm. Dr. Irawan Suria Santoso mengerjakan operasi PDA (persistent  ductus arteriosus) dan stenosis mitral. Beliau juga mengerjakan Blalock-Taussig Shunt pada tahun 1957. Pada tahun 1958 dr. Wullf dari Malano-Swedia telah mengejakan operasi jantung terbuka dengan mesin extracorporeal bersama-sama dengan Prof. Ery Soedewo. Pada tahun 1962 dr. Irwan Suria Santoso dan dr. Soerarso Hardjowasito melakukan opersai jantung terbuka dengan tekhnik hipotermi pada 10 kasus ASD (atrial septal defect).

Di Surabaya, bedah toraks dirintis oleh dr. Pauw Tek Hie, murid pertama Prof. M. Soetojo, dengan melakukan pembedahan pada tuberculosis : schwarte dan empyema, serta torakoplasti dan plombage. Pembedahan jantung dilaksanakan pada saat terselenggara afiliasi dengan UCLA ( University of California Los Angeles ), Amerika Serikat pada tahun 1962. Saat itu dilaksanakan operasi ligasi PDA oleh dr. McKene, dibantu dr. Liem Bing Hwie dan dr. A. Hidajat Hamami, yang kemudian meneruskan perintisan bedah toraks di Surabaya. Prof. Ery Soedowo yang menjadi Rektor Universitas Airlangga pada tahun 1966 menyumbangkan sebuah mesin jantung paru dari RSAD bermerk Rygss Kyvsgraad untuk memulai percobaan binatang, dengan motor Prof.A.A.Loedin. Sementara itu pembedahan jantung terbuka di Surabaya dilaksanakan oleh tim perintis dari The British Council yaitu Mr. Belchard.

Pada tahun 1963 berdiri LAKARNAS dan pada waktu itu dr. Irawan Suria Santoso berkeliling ke Cina, Amerika Serikat dan Jepang untuk studi banding tentang operasi jantung. Dari hasil kunjungan itu kita mendapatkan bantuan mesin jantung dari Cina tetapi hanya dipergunakan untuk percobaan binatang.

Perintisan bedah toraks yang dimulai di Jakarta dan kemudian di Surabaya, selanjutnya dilaksanakan juga di Bandung dan Malang. Prof. Koestedjo merintis bedah toraks di Bandung dan seorang ahli paru di RSAD Malang yaitu dr. Achmad Johar melakukan drenase empyema dan pembedahan dekortikasi dengan anestesi lokal dibawah bimbingan tim Yugoslavia. Dalam periode ini operasi toraks sudah dirintis oleh Prof. Margono Sukarjo, Prof. Djamaloeddin dan dr. R. Irawan Soeria Santoso. Operasi reseksi dan non reseksi sudah banyak dikerjakan pada saat itu. Sejalan dengan berdirinya RS Persahabatan, operasi paru – paru banyak dikerjakan dengan bantuan tenaga dan peralatan dari Rusia.

Selama periode ini pula, pendidikan keahlian bedah toraks kardiovaskular didapat dengan belajar ke luar negeri dan merupakan kelanjutan pendidikan spesialis bedah umum. Sebagai penerus para perintis, dr. Soerarso Hardjowasito belajar bedah toraks dan bedah jantung di Jepang, sementara Prof. Puruhito belajar ke Jerman untuk bedah toraks kardiovaskuler dan Prof.Djang Jusi ke Belanda untuk belajar bedah Vaskuler.

Periode 1966 s/d 1998

Melalui Colombo Plan pada 1969 s/d 1970, Prof Sakakibara melanjutkan operasi bedah jantung di RSCM (ASD, VSD atau ventricular septal defect,TF atau tetralogy of Fallot dan penggantian katup). Pada tahun1971 Prof. Puruhito dan kawan – kawan melakukan operasi jantung terbuka di Surabaya sekembali beliau dari pendidikan di Jerman dengan dukungan Prof. Ery Soedewo, dokter Liem Bing Hwie dan dr. Hidajat Hamami. Bedah jantung coroner pertama dilakukan oleh all Indonesia team di Surabaya di bawah komandan Prof. Puruhito pada tahun 1978. Bedah Jantung coroner pertama di Jakarta dikerjakan oleh dr. Kukuh Basuki Rachmat, Prof. Ismid D.I.Busroh,dr. Sukri Karim, dr. Ruswan pada sekitar tahun 1982 di RS Pelni. Operasi bedah jantung di RS Jantung Harapan Kita Jakarta di mulai pada tahun 1985. Pengembangan bedah jantung di daerah – daerah seperti Medan , Padang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Ujungpandang, Denpasar, Palembang, Manado dan Irian Jaya juga mulai dilaksanakan sejak itu dengan pimpinan oleh dokter dari RS Jantung Harapan Kita/FKUI dan FK Unair. Selanjutnya di Medan bedah toraks dirintis oleh dr. Panusunan Nasution, di Makasar oleh dr. Louis Rajawane, di Bandung oleh Prof. Koestedjo dan di Semarang oleh Prof. Faik Heyder yang sempat dikirim belajar ke Manila. Kerjasama dengan Jepang untuk pengembangan bedah toraks dilanjutkan kembali pada tahun 1989 sampai tahun 1995 yang antara lain berupa proses alih teknologi operasi trakeoplasti, bronkoplasti dan extended resection paru di RS Persahabatan.

Pada tahun 1966 s/d 1971 pendidikan bedah toraks kardiovaskuler masih didapat dengan belajar ke luar negeri dan merupakan kelanjutan pendidikan spesialis bedah umum. Mulai tahun 1972 pendidikan bedah toraks sudah dilaksanakan di dalam negeri, tetapi pendidikan bedah jantung kardiovaskuler masih didapatkan dengan belajar ke luar negeri seperti Australia, Jepang, Jerman, Amerika Serikat.

Bersamaan dengan kongres IKABI di Medan pada tahun 1978 beberapa tokoh bersepakat membentuk perkumpulan ahli bedah toraks kardiovaskuler Indonesia. Mereka yang tercatat sebagai pendiri adalah dr. Soerarso Harjowarsito,Prof. Puruhito dan dr. Panusunan Nasution. Mulai saat itulah dirancang pendidikan bedah toraks kardiovaskuler di Indonesia. Pada akhir tahun 1996 tercatat 32 orang spesilis bedah yang menekuni bedah toraks kardiovaskuler. Pada periode ini pula Indonesia menjadi tuan rumah kongres Asian Thoracic Cardiovascular Surgery di Bali

 

Periode 1999 s/d sekarang

Perkembangan bedah jantung di RS Jantung Harapan Kita sangat pesat pada periode ini. Alih teknologi dikerjakan dengan cara mengundang beberapa pakar dari luar negeri. Sementara itu bedah toraks juga berkembang dengan baik di bebeapa daerah di Indonesia melelui binaan RS Persahabatan/FKUI dan RS Soetomo/FK Unair. Teknologi pemasangan sten dan pembedahan dengan laser untuk mengatasi gangguan saluran utama pernafasan yang dimulai tahun 1988 juga berkembang.

Catatan penting pada periode ini adalah penyelenggaraan pendidikan spesialisasi bedah toraks kardiovaskuler yang menerima peserta didik dari lulusan dokter umum dan bukan dari spesialis bedah umum. Pada tahun 2003 berdasarkan SK Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia No.61/SK/MKI/2003 tertanggal 30 April 2003 dan SK Forum Dekan Fakultas Kedokteran Penyelenggara Program Pendidikan Dokter Spesialis No. 3472/FD.PPDS/SK/2003 tertanggal 12 Juni 2003 pendidikan Spesialisasi Bedah Toraks Kardiovaskuler secara resmi diakui di Universitas Indonesia dan Universitas Airlangga.

Pelayanan Bedah Toraks Kardiovaskuler pertama kali dilakukan pada tahun 2008 dengan melakukan operasi pembedahan jantung tertutup yang dilaksanakan oleh dr. Bermansyah,SpB.SpBTKV(K) di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Dan pada tahun 2010 dr. Bermansyah melakukan operasi Jantung terbuka di RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang. Untuk pendidikan spesialisasi Bedah Toraks Kardiovaskuler di mulai pada tahun 2022, sesuai dengan SK dari Kemendikti No. 918/E/O/2022 tanggal 15 Desember 2022, dengan jumlah  peserta Pendidikan pertama sebanyak 4 (empat) orang. Dan jumlah dosen pengajar sebanyak 5 (lima) orang. Lama pendidikan di Prodi Bedah Torak Kardiak & Vaskular FK Unsri selama 10 semester untuk yang dari Dokter Umum dan 8 Semester untuk yang dari Bedah Umum. 

Sampai saat ini di tahun 2024 semester ganjil Program Studi Bedah Toraks Kardiak dan Vaskuler telah memiliki 8 ( delapan ) orang staf dosen pengajar, dan memiliki 10 (sepuluh) peserta didik aktif.

Staf dosen pengajar di Prodi Bedah Torak Kardiak & Vaskular FK Unsri adalah sebagai berikut :

1.   dr. Bermansyah,SpB.,FCSI.,SpBTKV.,SubspVE(K)

2.   dr. Gama Satria,SpB.mSpBTKV.,SubspJP(K)

3.   dr. Ahmat Umar,SpB.,SpBTKV.,SubspT(K)

4.   dr. Aswin Nugraha, SpBTKV.,SubspJD(K)

5.   dr. Arie HL Tobing,SpBTKV.,M.KedKlin

6.   dr. Indra Hakim Nasution,SpBTKV

7.   Dr. dr. Ria Nova,SpA(K).Subsp.Kardio

8.   dr. Nur Qodir,SpB.Subsp.Onk(K)

       Program Pendidikan Spesialis BTKV ini dirancang untuk mendidik dokter ahli bedah torak kardiak & vascular yang mempunyai kompetensi tinggi dan profesional sesuai standar kompetensi dokter spesialis BTKV oleh Konsil Kedokteran Indonesia dan Kolegium BTKV, untuk memenuhi kebutuhan dokter bedah BTKV. Kompetensi merupakan kemampuan yang harus dicapai peserta didik yang  meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku yang diharapkan setelah menyelesaikan program pendidikan dokter spesialis Pada metode active learning diharapkan peserta didik aktif mengikuti kegiatan diskusi, presentasi kasus, mencari informasi dari berbagai sumber belajar.

       Program studi BTKV FK Unsri mempunyai visi misi dan tujuan yang selaras dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan RSUP dr. M. Hoesin sebagai rumah sakit  pendidikan. Visi Program Studi Pendidkan DokterSpesialis Bedah Toraks   Kardiak & Vaskular : Menjadi Pusat Pendidikan Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiak danVaskular yang bermoral, kompeten dan unggul dibidang trauma serta setara ditingkat nasional dan berstandar global, yang siap digunakan untuk memenuhi kebutuhan nasional. Misi Program Studi BTKV : Melaksanakan pendidikan dan pelatihan para dokter spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular untuk menjadi Dokter spesialis Bedah TKV yangberbudi luhur, kompeten, inovatif, dan mempunyai kompetensi, Menjaga mutu pendidikan dengan senantiasamenyempurnakan kurikulum pendidikan sejalan dengan perkembangan dunia dalam ilmu dan teknologi kedokteran, Memelihara, memupuk, meningkatkan dan mendorong perkembangan spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular dalam arti yang seluas-luasnya untuk diamalkan demi meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, Melaksanakan penelitian dasar dan terapan yang inovatif dan terpublikasi internasional serta melakukan pengabdian pada masyarakat dalam bidang Spesialis   Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular, Menjaga kemampuan profesional Dokter spesialis Bedah Toraks Kardiak dan Vaskular pada tingkat yang setara di tingkat nasional dan bereputasi internasional.

Untuk mencapai visi misi dan tujuan dari prodi btkv, maka prodi btkv memiliki tata pamong dan kerjasama dengan rumah sakit jejaring untuk meningkatkan kemampuan dan keahlian peserta didik. Pada tata pamong yang lalu seorang Koordinator Program Studi  (KPS) bertanggungjawab langsung kepada Dekan FK Unsri, tapi seiring berjalannya waktu ada perubahan pada struktur organisasi di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dimana sekarang Ketua program studi berubah nama menjadi Koordinator Program Studi dan tidak bertanggungjawab langsung kepada Dekan tetapi bertanggaung jawab kepada Ketua Bagian. Prodi BTKV FK Unsri juga menjalin kerjasama dengan RS Jejaring sebagai sarana untuk menambah kompetensi bagi peserta didik. Adapun rumah sakit yang dijadikan sebagai wahana pendidikan adalah RSUD Sekayu dan RSUD Siti Fatimah Az-Zahra Palembang, RS Paru dr. M. Goenawan Pratowidigdo Cisarua Bogor, RSU dr. Soetomo Surabaya Universitas Airlangga, RS Centra Medika Cisalak Depok, RS Sentra Medika Cibinong Bogor, RSUP dr. Kariadi Semarang Universitas Diponegoro.

Proses untuk menjadi calon peserta pendidikan dokter spesialis BTKV di FK Unsri adalah melalui pendaftaran yang tersentral di Universitas Sriwijaya Palembang, dimana seorang calon peserta harus melengkapi persyaratan yang sudah dimuat di web Unsri (www.usm.unsri.ac.id) yang bisa diakses oleh semua orang. Penerimaan calon mahasiswa baru dilaksanakan disetiap awal semester genap dan ganjil. Pengambilan keputusan diambil secara bertahap di mulai dari bagian kemudian diusulkan ke Dekan dan Dekan akan mengadakan rapat kelulusan untuk calon peserta pendidikan, terakhir rektor akan membuat SK Rektor perihal peserta didik yang diterima untuk mengikuti pendidikan di Prodi BTKV FK Unsri.

Dalam pelaksanaan pendidikan prodi BTKV memiliki sumber daya dosen tetap di Rumah Sakit Utama Pendidikan sebanyak 6 staf dosen, di RS Jejaring sebanyak10 staf dosen. Dan yang sudah memiliki jabatan fungsional dosen dari Dikti sebanyak 10 staf dosen terdiri dari 2 Dosen Guru Besar,  1 Dosen Lektor. Target 5 (lima) tahun kedepan prodi BTKV akan memberikan status dosen dengan jabatan fungsional kepada seluruh staf dosen di prodi BTKV.

Sistem keuangan di Prodi BTKV terpusat di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Prodi tidak mengelola keuangan. Pada program studi BTKV FK UNSRI terdapat ruang dosen sebanyak 1 ruang tersedia fasilitas penunjang Pendidikan yang lengkap, 1 ruang pertemuan residen, 1 ruang perpustakaan ,1 ruang dapur, 1 ruang sholat, 1 ruang administrasi dilengkapi dengan fasilitas komputer, printer dan internet wifi. 

Proses pendidikan pada Program Studi BTKV  FK-Unsri mengacu pada Kurikulum Nasional yang dibuat oleh Kolegium Bedah Torak Kardiak & Vaskular dan sudah disahkan oleh Rektor Unsri. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mejamin mutu penyelenggaraan pendidikan, antara lain dengan melakukan pengkajian dan evaluasi kurikulum secara periodik dengan melibatkan semua pihak yang terkait dan memperhatikan kebutuhan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan. Pada saat ini kurikulum BTKV memiliki 160 SKS, yang ditempuh selama 8 (delapan) semester. Proses pendidikan BTKV meliputi 3 aspek penting yaitu : Kognitif, Psikomotor dan Afektif. Ke 3 aspek ini berjalan secara simultan dalam proses pendidikan. 

Penelitian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan di prodi BTKV, untuk menunjang penelitian telah ada ruang multi media yang terletak di RS Utama Pendidikan RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang yang telah terhubung dengan jaringan internet.

Di Prodi BTKV juga telah dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dimana staf Prodi telah ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut antara lain melakukan operasi jantung terbuka, mengikuti seminar nasional, memberikan penyuluhan untuk masyarakat umum.

Diharapkan dari semua kriteria yang telah dilaksanakan akan menghasilkan luaran dan capaian pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dapat dipakai untuk kemajuan dunia kedokteran dan dapat memberikan pelayanan yang paripurna kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga dapat menjadi program studi dokter spesialis bedah torak kardiak & vascular yang berkualitas untuk memenuhi ahli bedah BTKV di Indonesia dan di regional.

 

BTKV FK Unsri

Jelajahi situs kami untuk mengetahui lebih lanjut tentang program studi, kegiatan akademik, penelitian, dan berita terbaru dari kami.

Scroll to Top